Kenaikan Harga Cabai Memberi Pengaruh Besar Terhadap Inflasi Sulsel

(IST)
banner 120x600

Porosdepan.com, Makassar – Kenaikan harga cabai di Sulsel memberi pengaruh besar terhadap inflasi Sulsel. Desember lalu, komoditas ini menyumbang inflasi terbesar yaitu 0,409 persen.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel pada 3 Januari 2022, mencatat pada Desember 2021 Sulsel mengalami inflasi sebesar 0,92 persen (mtm) atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,37 persen (mtm).

Sudah beberapa bulan ini, harga cabai rawit meningkat tajam. Bahkan menyentuh angka Rp85 ribu/kg, Desember dan menurun Rp75 ribu/kg.

Padahal jika kondisi normal, harga cabai rawit di Makassar hanya di kisaran Rp15 ribu – Rp20 ribu saja.

Plt Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman mengatakan kenaikan tajam dipicu cuaca buruk yang melanda Sulsel.

Hujan yang terus mengguyur menghambat tumbuhnya cabai. Sementara permintaan cabai saat Nataru lalu tinggi. Hal itu menjadi penyebab utama naiknya harga cabai di Sulsel.

“Ini juga karena suplai yang berkurang diakibatkan pergantian musim bukan karena musimnya, Kebetulan pada Desember juga ada peralihan. Demikian juga dengan banjir di daerah sentra,” jelas Andi Sudirman.

Tercatat dari 5 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sulsel, pada Desember 2021 semuanya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Pare-Pare dengan tingkat inflasi 1,14 persen (mtm). Sementara inflasi terendah di Kota Palopo dengan tingkat inflasi 0,65 persen (mtm).

Kota lainnya yaitu Bulukumba dengan tingkat inflasi 0,7 persen, Watampone 1,08 persen, dan Makassar 0,92 persen.

Kepala BPS Sulsel Suntono mengatakan inflasi di Sulsel terjadi di hampir seluruh kelompok pengeluaran, terutama kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan inflasi paling tinggi, sebesar 2,36 persen.

“Kenaikan harga pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan konsumsi masyarakat seiring perayaan HBKN Natal dan momen pergantian tahun,” kata Suntono.

Komoditas penyumbang inflasi utama diantaranya adalah cabai rawit, minyak goreng, dan cabai merah.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Selatan Causa Iman Karana mengatakan sebagaimana telah diperkirakan sebelumnya, menjelang HBKN Natal dan momen pergantian tahun, potensi tekanan inflasi memang meningkat.

Namun, secara keseluruhan realisasi inflasi Sulsel disimpulkannya tetap terkendali dan berada dalam sasaran inflasi nasional pada 2021 yang sebesar 3,0±1 persen.

BI Sulsel bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) pun ditambahkan Causa siap menjaga stabilitas harga pada 2022 ini.

“TPID berkomitmen untuk terus bersinergi dalam rangka menjaga stabilitas harga dan pengendalian inflasi yang berfokus pada strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, dan Komunikasi Efektif) di wilayah Sulsel, baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota,” ujarnya.

Selain cabai rawit dan cabai merah, tiga komoditas lain yang masuk lima besar komoditas penyumbang andil terbesar Sulsel pada Desember 2021 antara lain tarif angkutan udara (0,132%), minyak goreng (0,112), dan tarif angkutan antar kota (0,024%).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *